Sabtu, 18 November 2017

Banten Galungan


                   I.                        Judul : Banten Galungan Di Desa Renon, Kecamatan Denpasar Selatan , Kabupaten Denpasar

                II.                        Bagian – Bagian Banten Galungan
Banten Galungan terdiri dari 5 bagian :
- Pesucian
- Canang Ceper
- Banten Danan
- Canang Ceper
- Banten Sodan (Banten Ajuman )
Letakkan lamak dan bunga ratna sebelum mengaturkan banten

Untuk bagian bawah (beten) sanggah :
- Canang Ceper
- Banten Danan

Disetiap meletakkan banten berisi alas berupa lamak dan bunga ratna , lalu diberikan segehan .

             III.                        Arti dan Makna Banten Tersebut

1. Canang Ceper
Canang Ceper / Canang Sari adalah suatu Upakāra /banten yang selalu menyertai atau melengkapi setiap sesajen/persembahan, segala Upakāra yang dipersiapkan belum disebut lengkap kalau tidak di lengkapi dengan canang ceper / canang sari, begitu pentingnya sebuah canang dalam suatu Upakāra /mebanten. Canang ceper sebagai lambang angga sarira serta hidup dan kehidupan. Yaitu:
1.                  Ceper. Ceper adalah sebagai alas dari sebuah canang, yang memiliki bentuk segi empat. Ceper adalah sebagai lambang angga-sarira (badan), empat sisi dari pada ceper sebagai lambang/nyasa dari Panca Maha Bhuta, Panca Tan Mantra, Panca Buddhindriya, Panca Karmendriya. Keempat itulah yang membentuk terjadinya Angga-sarira (badan wadag) ini.
2.                  Porosan. Sebuah Porosan terbuat dari daun sirih, kapur/pamor, dan jambe atau gambir sebagai lambang/nyasa Tri-Premana, Bayu, Sabda, dan Idep (pikiran, perkataan, dan perbuatan).
3.                  Tebu dan pisang. Tebu atapun pisang memiliki makna sebagai lambang/nyasa amrtha. Setelah kita memiliki badan dan jiwa yang menghidupi badan kita, dan tri Pramana yang membuat kita dapat memiliki aktivitas, dengan memiliki suatu aktivitaslah kita dapat mewujudkan Amrtha untuk menghidupi badan dan jiwa ini. .
4.                  Sampian duras. Sampian duras dibuat dari rangkaian janur yang ditata berbentuk bundar yang biasanya terdiri dari delapan ruas atau helai, yang melambangkan roda kehidupan dengan Astaa iswaryanya/delapan karakteristik yang menyertai setiap kehidupan umat manusia.
5.                  Bunga. Bunga adalah sebagai lambang/nyasa, kedamaian, ketulusan hati. Pada sebuah canang bunga akan ditaruh di atas sebuah sampian uras, sebagai lambang/nyasa di dalam kita menjalani roda kehidupan ini hendaknya selalu dilandasi dengan ketulusan hati dan selalu dapat mewujudkan kedamaian bagi setiap insan.
6.                  Kembang Rampai. memiliki makna sebagai lambang/nyasa kebijaksanaan. Dari kata kembang rampai memiliki dua arti, yaitu: kembang berarti bunga dan rampai berarti macam-macam, sesuai dengan arah pengider-ideran kembang rampai di taruh di tengah sebagai simbol warna brumbun, karena terdiri dari bermacam-macam bunga.
- Canang Ceper bukan hanya di haturkan setiap galungan , tetapi juga hari – hari suci tertentu. Tujuannya adalah untuk meyadnya , memberikan persembahan yang tulus ikhlas kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai jalan untuk membayar Tri Rna
2. Banten Danan
Banten Danan sama seperti banten sodan namun lebih kecil karena di alasi ceper , berisi celemik atau kojong rangkakadan berisi kacang saur , sampyan plaus , raka dan jaja sekebis – sekebis , tumpeng,dan  pisang. Biasanya banten ini digunakan di bawah (beten) untuk menggantikan sodan. Seperti di lebuh dan di natah atau dibagian bawah merajan .

1.         Ceper adalah sebagai alas dari janur , yang memiliki bentuk segi empat. Ceper adalah sebagai lambang angga-sarira (badan), empat sisi dari pada ceper sebagai lambang/nyasa dari Panca Maha Bhuta, Panca Tan Mantra, Panca Buddhindriya, Panca Karmendriya. Keempat itulah yang membentuk terjadinya Angga-sarira (badan wadag) ini.

2.         Sampyan plaus
            Sampyan Plaus/Petangas; dibuat dari janur kemudian dirangkai dengan melipatnya sehingga berbentuk seperti kipas, memiliki makna simbol bahwa dalam memuja Hyang Widhi manusia harus menyerahkan diri secara totalitas dan dapat pula diartikan sampyan itu sebagai keteguhan hati.

3.         Celemik
            Sebagai wadah untuk menaruh nasi dan kacang saur , yang merupakan simbol/makan,  dari Bhuana Agung yang diperembahkan. Dan sebagai sarana memuliakan Hyang Widhi (ngajum).
4.         Raka / Jaje
            Jajan begina dan tape uli yang di haturkan sedikit ( sesuai ukuran ceper ) melambangkan Purusa dan Pradhana .
            5.         Tumpeng
                        Bentuk tumpeng yang berupa kerucut dan mempunyai satu titik pusat pada puncaknya dipercaya melambangkan Gunung Mahameru yang merupakan konsep alam semesta dan berasal dari agama Hindu dan Buddha. Asal muasal bentuk tumpeng ini ada dalam mitologi Hindu, di epos Mahabarata.
            6.         Pisang
            Melambangkan kemahakuasaan tri murti yaitu utpethi , stiti dan pralina. Karena pohon pisang yang tumbuh akan dipelihara untuk memberikan buahnya , daunnya dan batangnya sebagai sara persembahyangan . Maka dari itu pohon pisang tumbuh sekali dan tumbuh untuk memberikan yadnya nya.


3. Banten Sodan
Banten Ajuman yang dipakai untuk memuliakan Hyang Widhi (ngajum, menghormat, sujud kepada Hyang Widhi). Soda/ajuman dipakai sarana untuk memuliakan, mengagungkan Hyang Widhi dan lambang keteguhan/kokoh.Dan disebut juga soda (sodaan) dipergunakan tersendiri sebagai persembahan ataupun melengkapi daksina suci dan lain-lain. Bila ditujukan kehadapan para leluhur, disebut "perangkat atau perayun" dan di atasnya diisi sebuah canang pesucian, canang burat wangi atau yang lain.

1    Tamas atau Taledan
            Tamas atau taledan, tamas lambang cakra (symbol kekosongan yang murni/ananda). Taledan merupakan  lambang catur marga yaitu empat jalan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan. (bhakti marga, karma marga, jnana marga, dan raja marga). Sebagai sarana memuliakan Hyang Widhi (ngajum).

2    Buah pisang, Jajan, Dan Buah-buahan
          Merupakan persembahan hasil kerja keras dan rasa syukur kepada Ide Sang Hyang Widhi Wasa, yang telah memberikan anugrahnnya kepada kita semua.  Dan Sebagai sarana memuliakan Hyang Widhi (ngajum).

3    Dan nasi berbentuk penek (bundar) 2 buah
        Nasi penek adalah lambang dari keteguhan atau kekokohan bhatin dalam mengagungkan Tuhan, dalam diri manusia adalah simbol Sumsuma dan Pinggala yang menyangga agar manusia tetap eksis.

4    Rerasmen/lauk-pauk yang dialasi Tri Kona
Yang berisi berupa serondeng atau sesaur, kacang-kacangan, ikan teri, telor, terung, timun,  daun kemangi (kecarum), garam, dan sambal.

5   Sampyan plaus
                       Sampyan Plaus/Petangas; dibuat dari janur kemudian dirangkai dengan melipatnya sehingga berbentuk seperti kipas, memiliki makna simbol bahwa dalam memuja Hyang Widhi manusia harus menyerahkan diri secara totalitas.  Dan dapat pula diartikan sampyan itu sebagai keteguhan hati.

6    Canang sari/Canang Genten
         Canang sari yaitu inti dari pikiran dan niat yang suci sebagai tanda bhakti/hormat kepada Hyang Widhi ketika ada kekurangan saat sedang menuntut ilmu kerohanian.

-  Dari makna filosofi masing-masing unsur yang ada pada banten Ajuman atau Soda, bahwa semua unsur-unsurnya bermakna pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widdhi Wasa. Yang mulai dari unsur Bhuana Alit sampai Unsur Bhuana Agung, di persembahkan secara tulus iklas.







4. Pesucian
Canang pesucian dialasi dengan sebuah Ceper pada bagian pangkalnya, dan diatas taledan ini dijaritkan 5 buah celemik dengan posisi tempatnya, atas, bawah, kanan, kiri, serta ditengahnya, dan sisir serta kaca masing-masing celemik berisi sarana sebagai berikut:

1. Pada celemik diatas berisi tepung tawar, adalah untuk memohon penyucian mengenai sebel kandel.
2. Pada celemik dibagian kanan berisi lenga wangi (kapas berisi minyak wangi), adalah untuk memohon penyucian mengenai berbagai macam bentuk yang bersifat Wigna.
3. Pada celemik dibagian bawah, berisi daun dadap yang digilas, adalah sebagai untuk memohon penyucian akibat dari perbuatan Satru (kejahatan).
4. Pada celemik dibagian kiri berisi sisig, adalah untuk memohon penyucian mengenai gering sasab merana.
5. Pada celemik di Tengah berisi burat wangi, adalah untuk memohon penyucian segala kekotoran bathiniah.

- Dari makna filosofi setiap celemik , Canang Pesucian ini diibaratkan sebagai tempat para dewa yang datang pada hari galungan untuk disucikan atau dibersihkan sebelum bersembahyang saat galungan . Namun canang pesucian ini juga dipergunakan hampir pada setiap Upakara.

5. Segehan
Segehan ini biasanya dihaturkan setiap hari. Penyajiannya diletakkan di bawah / sudut- sudut natar Merajan / Pura atau di halaman rumah dan di gerbang masuk bahkan ke perempatan jalan. Segehan sebagai sebuah wujud ritual dalam masyarakat Hindu di Bali memiliki bentuk yang beraneka ragam, sesuai dengan keperluan.Segehan adalah kurban atau ritual persembahan yang bukan bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur. Secara umum, fungsi segehan ada empat, yaitu 1) untuk sarana persembahan, 2) untuk permohonan, 3) untuk penghormatan, dan 4) untuk membayar hutang (Bhuta Rnam).






             IV.                        Lampiran


Terlampir Silahkan Download 

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda