Banten Galungan
I.
Judul : Banten Galungan Di Desa Renon, Kecamatan Denpasar
Selatan , Kabupaten Denpasar
II.
Bagian – Bagian Banten Galungan
Banten Galungan
terdiri dari 5 bagian :
- Pesucian
- Canang Ceper
- Banten Danan
- Canang Ceper
- Banten Sodan (Banten
Ajuman )
Letakkan lamak dan
bunga ratna sebelum mengaturkan banten
Untuk bagian bawah
(beten) sanggah :
- Canang Ceper
- Banten Danan
Disetiap meletakkan
banten berisi alas berupa lamak dan bunga ratna , lalu diberikan segehan .
III.
Arti dan Makna Banten Tersebut
1. Canang Ceper
Canang Ceper / Canang Sari adalah suatu Upakāra /banten yang selalu menyertai atau
melengkapi setiap sesajen/persembahan, segala Upakāra yang dipersiapkan belum
disebut lengkap kalau tidak di lengkapi dengan canang ceper / canang sari, begitu pentingnya sebuah canang dalam suatu
Upakāra /mebanten. Canang ceper sebagai lambang angga sarira serta
hidup dan kehidupan. Yaitu:
1.
Ceper. Ceper adalah sebagai alas dari sebuah
canang, yang memiliki bentuk segi empat. Ceper adalah sebagai lambang
angga-sarira (badan), empat sisi dari pada ceper sebagai lambang/nyasa dari
Panca Maha Bhuta, Panca Tan Mantra, Panca Buddhindriya, Panca Karmendriya.
Keempat itulah yang membentuk terjadinya Angga-sarira (badan wadag) ini.
2.
Porosan. Sebuah Porosan terbuat dari daun sirih,
kapur/pamor, dan jambe atau gambir sebagai lambang/nyasa Tri-Premana, Bayu,
Sabda, dan Idep (pikiran, perkataan, dan perbuatan).
3.
Tebu
dan pisang. Tebu atapun pisang
memiliki makna sebagai lambang/nyasa amrtha. Setelah kita memiliki badan dan
jiwa yang menghidupi badan kita, dan tri Pramana yang membuat kita dapat
memiliki aktivitas, dengan memiliki suatu aktivitaslah kita dapat mewujudkan
Amrtha untuk menghidupi badan dan jiwa ini. .
4.
Sampian
duras. Sampian duras dibuat dari rangkaian janur yang ditata
berbentuk bundar yang biasanya terdiri dari delapan ruas atau helai, yang
melambangkan roda kehidupan dengan Astaa iswaryanya/delapan karakteristik yang
menyertai setiap kehidupan umat manusia.
5.
Bunga. Bunga adalah sebagai lambang/nyasa,
kedamaian, ketulusan hati. Pada sebuah canang bunga akan ditaruh di atas sebuah
sampian uras, sebagai lambang/nyasa di dalam kita menjalani roda kehidupan ini
hendaknya selalu dilandasi dengan ketulusan hati dan selalu dapat mewujudkan
kedamaian bagi setiap insan.
6.
Kembang
Rampai. memiliki makna
sebagai lambang/nyasa kebijaksanaan. Dari kata kembang rampai memiliki dua
arti, yaitu: kembang berarti bunga dan rampai berarti macam-macam, sesuai
dengan arah pengider-ideran kembang rampai di taruh di tengah sebagai simbol
warna brumbun, karena terdiri dari bermacam-macam bunga.
- Canang Ceper bukan hanya di haturkan setiap galungan , tetapi juga hari –
hari suci tertentu. Tujuannya adalah untuk meyadnya , memberikan persembahan
yang tulus ikhlas kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai jalan untuk membayar
Tri Rna
2. Banten Danan
Banten Danan sama
seperti banten sodan namun lebih kecil karena di alasi ceper , berisi celemik
atau kojong rangkakadan berisi kacang saur , sampyan plaus , raka dan jaja
sekebis – sekebis , tumpeng,dan pisang.
Biasanya banten ini digunakan di bawah (beten) untuk menggantikan sodan.
Seperti di lebuh dan di natah atau dibagian bawah merajan .
1. Ceper adalah sebagai alas dari janur ,
yang memiliki bentuk segi empat. Ceper adalah sebagai lambang angga-sarira
(badan), empat sisi dari pada ceper sebagai lambang/nyasa dari Panca Maha
Bhuta, Panca Tan Mantra, Panca Buddhindriya, Panca Karmendriya. Keempat itulah
yang membentuk terjadinya Angga-sarira (badan wadag) ini.
2. Sampyan plaus
Sampyan Plaus/Petangas; dibuat dari janur
kemudian dirangkai dengan melipatnya sehingga berbentuk seperti kipas, memiliki
makna simbol bahwa dalam memuja Hyang Widhi manusia harus menyerahkan diri
secara totalitas dan dapat pula diartikan sampyan itu sebagai keteguhan hati.
3. Celemik
Sebagai wadah untuk menaruh nasi dan
kacang saur , yang merupakan simbol/makan,
dari Bhuana Agung yang diperembahkan. Dan sebagai sarana memuliakan
Hyang Widhi (ngajum).
4. Raka / Jaje
Jajan begina dan tape uli yang di
haturkan sedikit ( sesuai ukuran ceper ) melambangkan Purusa dan Pradhana .
5. Tumpeng
Bentuk tumpeng yang
berupa kerucut dan mempunyai satu titik pusat pada puncaknya dipercaya
melambangkan Gunung Mahameru yang merupakan konsep alam semesta dan berasal
dari agama Hindu dan Buddha. Asal muasal bentuk tumpeng ini ada dalam mitologi
Hindu, di epos Mahabarata.
6. Pisang
Melambangkan
kemahakuasaan tri murti yaitu utpethi , stiti dan pralina. Karena pohon pisang
yang tumbuh akan dipelihara untuk memberikan buahnya , daunnya dan batangnya
sebagai sara persembahyangan . Maka dari itu pohon pisang tumbuh sekali dan
tumbuh untuk memberikan yadnya nya.
3. Banten Sodan
Banten Ajuman yang
dipakai untuk memuliakan Hyang Widhi (ngajum, menghormat, sujud kepada Hyang
Widhi). Soda/ajuman dipakai sarana untuk memuliakan, mengagungkan Hyang Widhi
dan lambang keteguhan/kokoh.Dan disebut juga soda (sodaan) dipergunakan
tersendiri sebagai persembahan ataupun melengkapi daksina suci dan lain-lain.
Bila ditujukan kehadapan para leluhur, disebut "perangkat atau
perayun" dan di atasnya diisi sebuah canang pesucian, canang burat wangi
atau yang lain.
1 Tamas atau Taledan
Tamas atau taledan, tamas lambang cakra
(symbol kekosongan yang murni/ananda). Taledan merupakan lambang catur marga yaitu empat jalan untuk
menghubungkan diri dengan Tuhan. (bhakti marga, karma marga, jnana marga, dan
raja marga). Sebagai sarana memuliakan Hyang Widhi (ngajum).
2 Buah pisang, Jajan, Dan Buah-buahan
Merupakan persembahan hasil kerja
keras dan rasa syukur kepada Ide Sang Hyang Widhi Wasa, yang telah memberikan
anugrahnnya kepada kita semua. Dan
Sebagai sarana memuliakan Hyang Widhi (ngajum).
3 Dan nasi berbentuk penek (bundar) 2 buah
Nasi penek adalah lambang dari
keteguhan atau kekokohan bhatin dalam mengagungkan Tuhan, dalam diri manusia
adalah simbol Sumsuma dan Pinggala yang menyangga agar manusia tetap eksis.
4 Rerasmen/lauk-pauk yang dialasi Tri Kona
Yang berisi berupa
serondeng atau sesaur, kacang-kacangan, ikan teri, telor, terung, timun, daun kemangi (kecarum), garam, dan sambal.
5 Sampyan plaus
Sampyan Plaus/Petangas;
dibuat dari janur kemudian dirangkai dengan melipatnya sehingga berbentuk
seperti kipas, memiliki makna simbol bahwa dalam memuja Hyang Widhi manusia
harus menyerahkan diri secara totalitas. Dan dapat pula diartikan sampyan itu sebagai
keteguhan hati.
6 Canang sari/Canang Genten
Canang sari yaitu inti dari pikiran
dan niat yang suci sebagai tanda bhakti/hormat kepada Hyang Widhi ketika ada
kekurangan saat sedang menuntut ilmu kerohanian.
- Dari makna filosofi masing-masing unsur yang
ada pada banten Ajuman atau Soda, bahwa semua unsur-unsurnya bermakna pemujaan
kepada Ida Sang Hyang Widdhi Wasa. Yang mulai dari unsur Bhuana Alit sampai
Unsur Bhuana Agung, di persembahkan secara tulus iklas.
4. Pesucian
Canang pesucian
dialasi dengan sebuah Ceper pada bagian pangkalnya, dan diatas taledan ini
dijaritkan 5 buah celemik dengan posisi tempatnya, atas, bawah, kanan, kiri,
serta ditengahnya, dan sisir serta kaca masing-masing celemik berisi sarana
sebagai berikut:
1. Pada celemik
diatas berisi tepung tawar, adalah untuk memohon penyucian mengenai sebel
kandel.
2. Pada celemik
dibagian kanan berisi lenga wangi (kapas berisi minyak wangi), adalah untuk
memohon penyucian mengenai berbagai macam bentuk yang bersifat Wigna.
3. Pada celemik
dibagian bawah, berisi daun dadap yang digilas, adalah sebagai untuk memohon
penyucian akibat dari perbuatan Satru (kejahatan).
4. Pada celemik
dibagian kiri berisi sisig, adalah untuk memohon penyucian mengenai gering
sasab merana.
5. Pada celemik di
Tengah berisi burat wangi, adalah untuk memohon penyucian segala kekotoran
bathiniah.
- Dari makna
filosofi setiap celemik , Canang Pesucian ini diibaratkan sebagai tempat para
dewa yang datang pada hari galungan untuk disucikan atau dibersihkan sebelum
bersembahyang saat galungan . Namun canang pesucian ini juga dipergunakan
hampir pada setiap Upakara.
5. Segehan
Segehan ini
biasanya dihaturkan setiap hari. Penyajiannya diletakkan di bawah / sudut-
sudut natar Merajan / Pura atau di halaman rumah dan di gerbang masuk bahkan ke
perempatan jalan. Segehan sebagai sebuah wujud ritual dalam masyarakat Hindu di
Bali memiliki bentuk yang beraneka ragam, sesuai dengan keperluan.Segehan adalah
kurban atau ritual persembahan yang bukan bertujuan untuk mengungkapkan rasa
syukur. Secara umum, fungsi segehan ada empat, yaitu 1) untuk sarana
persembahan, 2) untuk permohonan, 3) untuk penghormatan, dan 4) untuk membayar
hutang (Bhuta Rnam).
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda