Laporan Bahasa Bali Alus Madia dan Alus Singgih
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahasa Bali merupakan bahasa yang menjadi bahasa
daerah di Pulau Bali. Bahasa Bali ini memilikifungsi serta tata cara
penggunaannya dalam kehidupan masyarakat di Bali. Dengan kebudayaan dan
kehidupan masyarakat Bali yang unik, Bahasa Bali ini berkembang lagi lebih
luas. Dalam penggunannya, Bahasa Bali dapat dibagi menjadi menjadi 3 jenis,
yaitu Bahasa Bali Alus, Madia, dan Kasar. Alasan adanya
pembagian Bahasa Bali ini tentu karena ada banyaknya golongan-golongan
masyarakat yang tinggal di Bali. Berdasarkan ketiga pembagian tersebut juga,
Bahasa Bali Alus merupakan bahasa yang memiliki penggunaan luas dalam
praktiknya. Berdasarkan kehidupan masyarakat di Bali yang unik, Bahasa Bali
Alus ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian yang lebih spesifik dalam fungsinya,
yaitu Bahasa Alus Singgih, Sor, Madia, dan Mider.
Berdasarkan pembagian itu, Bahasa Bali Alus Madia
dan Singgih merupakan bagian Bahasa Bali Alus dengan fungsi yang istimewa dan
strukturnya yang berbeda dengan Bahasa Bali Alus lainnya. Berdasarkan itu,
makalah ini dibuat dengan tujuan untuk membahas bagaimana bentuk Bahasa Bali
Alus Madia dan Singgih. Bagaimana pengertian, penggunaan dan contoh Bahasa Bali
Alus Madia dan Singgih dan beberapa perbedaan dalam kedua jenis bahasa tersebut
akan dibahas dalam makalah ini.
1.2. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang makalah ini, ada beberapa
rumusan masalah yang dapat ditemukan :
1.
Apa pengertian
Bahasa Bali Alus Madia dan Singgih ?
2.
Bagaimana contoh
kata dan kalimat dari Bahasa Bali Alus Madia dan Singgih ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kruna Alus Madia (Ama)
Kata
Alus Madia adalah kata alus yang rasa bahasanya madia (menengah), yang pada
umumnya digunakan dalam berbicara pada seseorang yang belum dikenal, pada
seseorang yang hubungan keakrabannya belum begitu akrab. Kata alus madia
berdasarkan bentuk dan rasa bahasanya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Kata alus madia yang memang rasa
bahasanya alus madia.
Contohnya:
·
sirah
'kepala' (Sirah tiangé sakit ibi sanja).
·
sirep
'tidur' (I Bapa kari sirep di baléné).
·
ngajeng
'makan' (I Meme ngajeng biu di paon), dst.
2. Kata alus madia yang berasal dari
kependekan bentuk alus yang lainnya.
Contohnya:
·
ten
'tidak' -> kependekan dari kata nénten (Tiang ten maan kema).
·
tiang 'saya' -> kependekan dari kata titiang
(Tiang ten polih merika).
·
ampun
'sudah' -> kependekan dari kata sampun (Tiang ampun polih jinah).
·
nika
'itu' -> kependekan dari kata punika (Tiang nika sané ngambil).
·
niki
'ini' -> kependekan dari kata puniki
(Baju niki ané anggona).
·
sira 'siapa' -> kependekan dari kata sapasira
(Sira sané ngambil ayamé?).
·
napi
'apa' -> kependekan dari kata sapunapi (Napi sané ngutgut jajané?),
dst.
2.2 Kruna Alus Singgih (Asi)
Kata
Alus Singgih adalah kata alus yang pada umumnya digunakan untuk menghormati
seseorang yang patut dihormati.
Contohnya:
·
séda,
lebar, lina 'meninggal' (Ida Peranda sampun séda/lebar/lina).
· ngaksi, nyuryanin 'melihat' (Ida sané polih ngaksi paksi ring taman).
·
ngandika
'berbicara' (Titiang nunas mangda i ratu dumunan ngandika).
·
mobot
'hamil' (Rabinida mangkiin sampun mobot)
·
makolem
'tidur' (Ajinida kantun makolem ring gedong).
·
sungkan
'sakit' (Ida kantun sungkan).
·
maputra
'punya anak' (Arinida ring Jawi mangkin sampun maputra).
·
marayunan
'makan' (Ida kantun marayunan ring perantenan ipun).
BAB III
PENUTUP
3.1.
Simpulan
Dengan kita
mempelajari 2 dari kruna ini, yaitu kruna alus madia (Ama) dan kruna alus
singgih (Asi), kita lebih tau cara berbicara bagaimana menggunakan bahasa bali
yang baik dan benar sesuai dengan kasta atau tingkatannya.
3.2.
Saran
Kita sebagai generasi
muda, harus tetap melestarikan budaya daerah asal kita yaitu budaya Bali.
Seperti bahasanya, supaya kita lebih tau bagaimana berbahasa dengan orang-orang
disekitar kita dengan baik dan sopan.